Sabtu, 30 Desember 2017

OLAF DOUWES DEKKER - Indonesia raya





INDONESIA RAYA

tanpa hambatan sinar dari ketinggian matahari
jatuh ke hangatnya lapisan dalam dunia hijau
adakalanya hujan kelabu jatuh berhari-hari
pada sawah-sawah, pegunungan dan lorong-lorong

tanah kelahiran tercipta dari ribuan pulau
topeng, penari dan pesona, dalam pandangan
berkhayal rangsangan, marah dan murka
dan pilu, kesederhanaan, gairah

tahun telah datang ayam jantan kuning
berkokok, jin keluar dari botol
saat tanah air menghilang dimana
tak pernah bisa ditemukan atau diperebutkan

setelah berabad-abad dalam paksaan
di ladang yang terpinjam dalam waktu yang tercuri
surga menutup gerbangnya-
begitulah telah tertulis dan tergariskan.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-12-2017







INDONESIA RAYA

vrij valt de hoge tropenzon
in warme lagen tussen het groen
valt grijs soms dagenlang de regen
op rijstvelden, bergen en wegen

geboortegrond van duizend kusten
maskers, dansers en betovering
in ogen dromen drift en duisternis
en weemoed, eenvoud, hartstocht

het jaar kwam dat de gele hanen
kraaiden, de geest verliet de fles
als land verloren ging waar niets
te zoeken of vogelvrij te halen viel

na eeuwen opgelegde tucht
op geleende akkers in gestolen tijd
sloot het paradijs zijn poorten –
zo was geschreven en voorzien



Levenslang
Penerbit: Van Kemenade, kota Breda, 2017
Photo penyair: © Piet den Blanken
Photo buku: Hein van Kemenade
Desain sampul buku: Meyer/Van Gerwen




Catatan:
Puisi di atas telah tertulis bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia yang ke 70 tahun di 2015 dan untuk mengenang dari Ernest Douwes Dekker, orang Jawa, wartawan dan kakak dari kakekku. Puisi ini dipersembahkan untuk ibuku, yang mana telah bertahan hidup di sebuah barak penampungan Jepang, untuk kedua bapakku dan teman-teman dan keluarga mereka, untuk Roeslan Abdulgani dan semua rakyat Indonesia dan semua di antaranya.

Noot:
Bovenstaand gedicht is geschreven ter gelegenheid van de 70-jarige onafhankelijkheid van Indonesië in 2015 en ter herinnering aan Ernest Douwes Dekker, Javaan, journalist en broer van mijn opa. Het gedicht is opgedragen aan mijn moeder, dankzij wie ik de jaren in een Jappenkamp overleefde, aan mijn beide vaders en hun vrienden en familie, aan Roeslan Abdulgani en alle Indonesiërs en aan iedereen daartussen in.



Kunjungi juga:
Frozen Poets - Patung-patung, kuburan dan jejak lain dari penyair2



www.alberthagenaars.nl


Tidak ada komentar:

Posting Komentar