Minggu, 31 Januari 2016

REMCO EKKERS - Fata morgana





FATA MORGANA

Puisi yang terbaik tak kutulis
malam ini, dalam kegelapan sementara
aku membungkuk kertas putih bergaris.

Huruf-huruf biru seperti ditulis dengan cara
yang kuat dalam tulisan tangan yang aneh
setiap kata tepat di tempatnya.

Aku mulai memutuskan untuk tetap terjaga
mengambil kertas dan potlot dan menulisnya
tapi aku menundanya.

Waktu itu gelombang otakku mengancamku:
kata kata itu seharusnya berada di tempat
yang lain - aku kembali tertidur lagi.

Pagi ini aku mencoba merangkai kembali
puisi itu dengan cara tergesa-gesa
namun tak sepatah katapun kembali dari semalam.



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
30-01-2016







FATA MORGANA

Het mooiste gedicht heb ik vannacht
niet geschreven, in het duister
gebogen over wit gelinieerd.

De blauwe letters leken krachtig
geschreven in een vreemd handschrift
elk woord stond stevig op zijn plaats.

Ik begon te besluiten wakker te worden
papier en potlood te pakken, schrijven
maar stelde dat nog even uit.

Toen hebben mijn hersengolven
mij bedrogen: de woorden zouden al
ergens staan - ik viel terug in slaap.

Vanmorgen probeerde ik gejaagd
het gedicht weer op te bouwen
maar geen woord kwam terug uit de nacht.



Fata organa
Penerbit: Poëziecentrum Nederland (Pusat Puisi Belanda), Nijmegen, 2015
Photo: Roel Siegers
Gambar: Loes van Schaaijk




www.alberthagenaars.nl



ROEL RICHELIEU VAN LONDERSELE - Orang tuaka telah berangkat





*

orang tuaku telah berangkat darahku terkubur
petunjuk telah tergores
koper baru tak menarik

apa yang tersisa hanyalah pemandangan kecilku
padang rerumputan yang menghilang di bawah bebatuan
kebun buah yang tak lagi berbuah
papan peluncur ditarik ayahku melawati salju ke jam siang

begitu cara kita diam berdiri, saya dan wanita ini,
hujan turun, taman mulai melupakan mereka
saya tahu ada sesuatu yang membebani
walaupun itu sendiri tak dibebani



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
29-01-2016







*

mijn ouders vertrokken mijn bloed begraven
de wijze raad geschrapt
de nieuwe koffers bekoren niet

wat ik overhoud zijn mijn kleine landschappen
de weiden die verdwenen onder steen
de boomgaarden die niet meer dragen
een slee door vader naar het middaguur getrokken

zo staan we stil, zij en ik,
de regen valt, de tuin begint hen te vergeten
ik weet dat er dingen zijn die wegen
ook al worden ze niet gedragen



Buku: Een mens op de bodem
Penerbit: Atlas, Amsterdam/Antwerpen, 2001
Photo penyair: © Albert Hagenaars, 2014
Desain sampul buku: Marjo Starink




www.alberthagenaars.nl



Minggu, 24 Januari 2016

FROUKE ARNS - Kelahiran puisi





KELAHIRAN PUISI

Dengan cara itulah dia menunggangi wanita, menggigit kulitnya
yang berbulu, membiarkan pinggulnya berdansa lebih lama
dari pada yang di perlukan waktu itu, sementara dia mencari
sesuatu dalam matanya di mana tak ada sepatah katapun,

merangkak dia keluar dari goanya di pagi yang lembab
dan gelap, dengan tajamnya panah membusur dia mamut,
untuk pertama kalinya kegerahan dalam tubuhnya
setelah akhir dari pemburuan tak dapat dikuasainya,

dengan sebongkah batu merajam dia binatang itu sampai
menggeram, walaupun begitu tak ada kepuasan, menggigil
berjongkok di tempat itu dimana dengan abu berapi dalam
dirinya dan menulis dia di atas bebatuan sambil menangis: uh uh



Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
24-01-2016







GEBOORTE VAN DE POËZIE

Zo was het dat hij op die koude nacht een vrouw besteeg,
zich grommend in haar vacht vastbeet, langer dan in die tijd
noodzakelijk zijn heupen dansen liet terwijl hij in
haar ogen zocht naar iets waar hij geen woord voor had,

in het vochtig ochtendgrauw zijn grot uitkroop en met
geslepen pijl, gespannen boog een mammoet schoot en zo
anders dan de dagen ooit daarvoor de onrust in zijn lijf
zich niet meer temmen liet met het nemen van een leven,

met geheven kei het beest tot krijsens toe verbrijzelen
geen vreugd meer gaf, en hij rillend op die plek neerzeeg
waar hij met as uit vuur dat in hem smeulde
snikkend op de rotswand schreef: oe oe



Buku: Mensen die je misschien kent
Penerbit: Marmer, kota Baarn, 2013
Photo penyair: Goedele Monnens
Gambar: Karin Smeds / Getty Images
Desain sampul buku: Riesenkind




www.alberthagenaars.nl



Sabtu, 16 Januari 2016

FRANS BUDÉ - Mengenang Gerrit Kouwenaar (1923 - 2014)





MENGENANG GERRIT KOUWENAAR (1923-2014)

Kita tahu kematian tak mengenal ejekan, dia memohon
dengan cara bengal untuk perpisahan sebelum dia

menghilang dalam dirinya sendiri. Kesunyian yang bimbang ─
sebelum gelas kosong, dinginnya tempat tidur menemukan

dirinya kembali, putihnya kamar menutup kejauhan,
kemudian kekosongan yang tertinggal. Begitu tak terbiasa

ruang yang tiba-tiba terisi dengan waktu yang berlalu,
diluar terlihat lubang dalam salju, yang tak terduga.




Terjemahan: © Siti Wahyuningsih dan Albert Hagenaars
16-01-2016







I.M. GERRIT KOUWENAAR (1923 – 2014)

Men weet de dood kent geen spot, hij smeekt
halsstarrig om een wig te drijven voordat hij

in zichzelf verdwijnt. Aarzelende stilte ─
nog voordat het glas leeg is, het koude bed zich

hervindt, de witte kamer eerst de verte sluit,
daarna de leegte die achterblijft. Hoe onwennig

de ruimte zich vult met plots verstreken tijd,
buiten in de sneeuw een gat verschijnt, onvoorzien.



Achter het verdwijnpunt
Penerbit: Meulenhoff, Amsterdam, 2015
Photo penyair: Riet Dolders
Desain sampul buku: Studio Mijke Wondergem




www.alberthagenaars.nl